what are you looking for?

Sabtu, 31 Maret 2018

Ready Player One, Brings Back My Chilhood Memories

credit by Google

Steven Spielberg mengajak kita bereuni dengan T-Rexnya yang ganas.
Ready Player One (RPO). Jika dibaca dari judulnya saja secara gamblang mungkin kita akan segera menilai ini adalah film adaptasi game terkenal. Namun setelah berselancar di dunia maya, ada yang mengatakan RPO adalah adaptasi dari sebuah novel. Bahkan ada yang menanggapnya sebagai remake film science fiction jadul. Jadi manakah yang benar?
Setelah dipahami dengan sebaik-baiknya, muncul beberapa kesimpulan yang dapat diambil. Ready Player One mulanya adalah judul novel yang terbit di tahun 2011 silam. Jadi poin pertama, ini merupakan film adaptasi dari novel yang berjudul sama. Kedua, RPO juga mengambil tema tentang game yang membuat 'nagih' manusia pada suatu jaman. Ketiga, terdapat perusahaan OASIS yang mengembangkan game berbasis teknologi virtual reality yang membuat para pemainnya serasa benar-benar berada di dalam dunia game. Jadi Ready Player One dapat dikatakan film hasil adaptasi novel, mengambil cerita tentang game dan sangat berhubungan dengan science fiction.
(mengandung spoiler dosis besar)

Jumat, 23 Maret 2018

Pacific Rim Uprising, The Giant Monsters are Back

Keren sih. Mecha Gundam, Ultraman dan Megazord Power Rangers bersatu padu.
Pacific Rim Uprising bisa dibilang merupakan film yang paling ditunggu gebrakannya di tahun 2018. Bayang-bayang kesuksesan pendahulunya menambah daya magis tersendiri bagi para penikmat franchise ini. Jika ditilik dari prekuelnya, Pacific Rim (2013), filmnya masih tak jauh dari aksi konfrontasi antara robot-robot ala Gundam melawan ikatan monster-monster yang disebut kaiju, bertarung hingga salah satunya tumbang dan lainnya memperoleh kemenangan. Bam bim bum boooomm. Tipikal sekali. Kita lihat, semoga saja filmnya tidak hanya menjual judul belaka.
(spoiler alert)


credit by Google

Rabu, 14 Maret 2018

Tomb Raider, Bertamasya ke Pulau Kematian

credit by Google

Hollywood hobi amat nge-remake film.
Entah apa yang ada dipikiran para penggawa Hollywood akhir-akhir ini. Mereka seakan telah kehilangan orisinalitas dalam membuat sebuah film. Seakan me-remake film-film lawas yang telah sebelumnya menjual lebih baik daripada harus membuat karya baru. Me-remake film bisa diibaratkan dua belah mata pisau, yang tumpul sebagai sisi positif dan bagian lancipnya disebut sisi negatif. Dilihat segi positifnya memang lebih enak karena tidak lagi harus bersusah payah mencari ide-ide baru, namun dari segi negatifnya tingkat ketertarikan masyarakat juga makin berkurang. Masyarakat pasti lebih suka membandingkan antara film remake tersebut dengan film lawasnya yang terkadang sudah lebih identik dari beberapa elemennya.
Tomb Raider kali ini pun tak lebih dari sebuah remake yang dibuat demi satu tujuan pasti, memperoleh pundi-pundi keuntungan berlipat. Setelah dulu sukses menggaet Angelina Jolie sebagai cast utamanya, kini pemeran Lara Croft jatuh ke pangkuan Alicia Vikander. Pemenang Academy Award tahun 2016 ini diharapkan dapat menyamai atau bahkan melampaui kesuksesan pendahulunya. Padahal kita semua tahu jika citra Angelina Jolie adalah citra Lara Croft itu sendiri. Mampukah Alicia Vikander memenuhi harapan masyarakat yang skeptis terhadapnya?
(mengandung spoiler)

time flight